الخميس، 20 ديسمبر 2012

Atur Porsi Makan, Menu Paling Ideal

** Kajian Hidup Sehat dan Cara Penyembuhan Kaum Sufi 

Bagi kaum sufi kehidupan duniawi merupakan salah satu perjalanan menuju Tuhan (suluk), dan tubuh merupakan kendaraan untuk mencapai tujuan itu. Karena itu, penempuh jalan (salik) perlu memelihara tubuhnya agar selalu sehat dan fit. Sebab, datangnya rasa sakit hanya akan mengganggu konsentrasi seseorang dalam mencapai tujuan.

Bicara masalah kesehatan tidak lepas dari pencernaan yang memiliki akses paling dominan bagi tubuh. Proses pemasukan gizi melalui mulut tidak akan sampai ke semua cabang tubuh, tanpa melalui pencernaan. Lewat pencernaan sebagian sari makanan yang dimasukan lebih dulu disaring, sebelum disalurkan ke bagian tubuh yang membutuhkan. Karena itu bagian perut ini merupakan gudang penyakit.
Artinya jika pencernaan terganggu maka tidak bisa disangkal, timbunan makanan yang terurai akan menjadi gumpalan penyakit. Jenis musuh manusia yang bisa berdiam di dalam perut ini bisa bermacam-macam. Tergantung besar kecilnya gangguan yang dialami pencernaan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perut adalah gudang penyakit. Diet adalah obat yang utama”.
Maksud dari sabda rasulullah tersebut, disarankan bagi siapa pun hendaknya lebih dulu menggunakan makanan itu sekedar sebagai penyeimbang kalori yang dibutuhkan tubuh. Upaya itu dimaksudkan agar proses pencernaan dapat membangun aktivitas dengan lancar. Baru kemudian menjadikan makanan sebagai bahan membangkit pertumbuhan seluruh organ tubuh.
Rasulullah mewanti-wanti bagi siapa saja agar tidak menggunakan makanan dalam jumlah yang berlebihan, apalagi terhadap makanan yang kandungan zat aktifnya sangat tinggi. Timbunan makanan berlebihan hanya akan menimbulkan perkembangbiakan bermacam-macam penyakit di dalam tubuh. Di balik itu kandungan makanan tertentu memiliki khasiat atau membawa resep-resep penyembuhan tertentu.
Disebutkan dalam salah satu kisah kaum sufi, ketika itu, salah seorang syaikh besar Chisyti, Hazrat Nizamuddin Awliya’ ra, mengawasi setengah lusin murid-muridnya selama lebih dari 7 tahun. Selama itu, ia selalu mencegah pada murid-muridnya jangan sampai makan hingga kenyang. Sampai suatu hari datang seorang pengemis yang kusut tiba di pintu. Entah mengapa dia tiba-tiba memecahkan sebuah mangkuk dari tanah berisi tepung.
Kejadian tersebut di depan mata para darwis yang sedang menderita kelaparan. Di sisi lain, syaikh merasa sangat iba. Lantas, mengadakan pesta besar yang paling meriah untuk seluruh warga kota. Nah, mengapa para syaikh begitu bersemangat menyediakan makanan bagi para muridnya itu ? Pertama, dia bertujuan memberi makan orang lapar, sebab itu merupakan pelayanan yang baik. Jika mereka benar-benar sedang membutuhkan. Tapi, lebih penting lagi, syaikh telah mempunyai pengetahuan khusus tentang pengaruh makanan pada tubuh dan pada tahap-tahap evolusi ruhani.
Sehingga mereka sering memberikan manfaat kepada para murid dan orang sakit melalui pilihan makanan yang disajikan pada saat makan. Porsi makan itu harus disusun berdasarkan skala paling ideal dan tepat. Maksudnya, orang yang menyiakan dan menyajikan makanan, baik ibu, ayah, pelayan, atau syaikh harus memperhitungkan semua faktor yang disesuaikan dengan keadaan musim, iklim, ketinggian, penyakit atau virus yang menggejala, migrasi serangga yang tidak biasa, dan sebagainya.
Begitu pula dalam kehidupan keluarga, pola hidup sehat yang diterapkan syeikh, setiap hendak menyiapkan menu makanan dia selalu berunding dengan istri dan anak-anaknya mengenai makanan apa yang harus masuk dalam menu. Kepada mereka ia memberi tahu hal-hal kecil yang sedang terjadi pada kesehatan anak-anaknya, dan makanan tertentu yang masuk pasar menurut musimnya.
Ia mengadakan penilaian sesuai dengan situasi. Misalnya, makanan susu dan ikan selalu tidak dia sarankan dikonsumsi bersamaan. Riset biokimia membuktikan bahwa susu dan ikan memiliki konsentrasi asam amino tertentu yang tinggi. Bila dimasukan bersamaan maka konsentrasinya akan begitu besar sehingg bisa menyebabkan reaksi alergis.
Pertimbangan lainnya, bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran pada wal musim tumbuh memiliki kualitas untuk pengobatan, sementara akhir musim tumbuh dapat menimbulkan penyakit. Contohnya, pada buah apel yang rasanya asam dan kecut pada awal musim tumbuh. Tapi setelah diadakan pendinginan maka kandungan gulanya melonjak dan dapat dengan mudah menyebabkan bertambah banyaknya getah. Akibatnya timbul flu, batuk, dan semacamnya. (mis)

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق